Sudah lama tidak “jalan” kebetulan hari minggu yang lalu adalah, hari ulang tahun pernikahan kami yang kesembilan. Destinasi kali ini adalah Kampung Sampireun, Garut. Terus terang, saya sendiri sebetulnya belum pernah ke daerah Garut, hanya berbekal informasi dari milis indobackpacker dan instuisi saja. Selama kurang lebih tiga setengah jam perjalanan (265 km) melalui TOL Cacing, TOL Cikampek, TOL Cipularang, TOL Purbalenyi dan jalan-jalan desa dan perkebunan yang cukup indah di kawasan Garut, akhirnya sampai juga kami di Kampung Sampireun.
Menurut informasi dari websitenya, di sini, Kampung Sampireun diambil dari nama Danau Sampireun, yang artinya tempat singgah. Merupakan sebuah resort dan spa dengan setting kampung, dengan udara yang sejuk. Pegunungan, danau, gemercik air pancuran, rakit, perahu, rumah-rumah kayu yang berpadu dengan kebun bambu di sekelilingnya ditambah hilir mudiknya ribuan ikan-ikan mas di sekitar kolam menjadi element yang menjadi daya pikat untuk menikmati harmoninya alam di Kampung Sampireun.
Letaknya berada di sebelah sisi kanan jalan ke arah Kawah Kamojang, berada diketinggian sekitar 1000 meter dari permukaan laut., di Jalan Raya Samarang, Kamojang Ciparay, Desa Sukakarya. Ikan-ikan di sini nampak sudah terbiasa diberi makanan, sehingga ketika tangan anak-anak saya dimasukan ke dalam kolam, dengan cepat ikan-ikan itu berdatangan. Nampak mereka sangat senang. Saya juga menyempatkan diri untuk berkeliling kampung, sambil mengambil gambar dari atas danau. Tetapi sayang, hasilnya masih tetap kurang memuaskan, jelek, maklumlah masih belajar.
Jumlah cottages di sini ada 19 buah, di mana tariff nya permalam mulai dari Rp 1.500.000,- hingga Rp 3.000.000,-. Sebetulnya menurut ukuran kantong saya, cukup mahal, apalagi ini berada di desa, yang jauh dari pusat kota. Tetapi tempat ini memang cukup menarik, tidak ada hotel tematik sejenis di tempat lain sebagaimana yang ditawarkan Kampung Sampireun. Jika ingin ke tempat ini, sebaiknya telepon dulu di 0262-542393, sebab biasanya selalu penuh.
Perjalanan kami selanjutnya adalah Kawah Kamojang, akan diceritakan pada postingan selanjutnya.
(Catatan ini juga di posting di blog saya yang lain, http://fieldtrip-harjo.blogspot.com.)
selamat atas hari perkawinan,mas.yg ke sembilan. dan saya pernah lihat kampung sampiuren itu di trans TV,kalau tidak salah pada mlmnya kita disuguhkan apa itu namanya..iya itu sekuteng.hehehe….betul gak itu?
Saya juga mengucapkan selamat ultah perkawinan ke 9 mas Hari. Wah boleh juga tuh sekali2 coba ke sana, selama ini cuma denger ceritanya saja. Sebenarnya kami sudah sering ke cipanas yg lebih ‘aksesibel’ dari segi kantong …
Salam kenal Bung Hari Jonathan,
Yang saya ingat tentang Garut adalah :
1. Sewaktu saya di Balige Sumatera Utara, kalau ada orang yang datang dari Jakarta, oleh-olehnya selalu DODOL GARUT, Saya tidak tahu kenapa jadi begitu. Jadi, ketika saya ke Garut, yang saya cari terlebih dahulu adalah Dodol Garut itu.
2. Sewaktu saya cari penginapan di Garut, yang saya ingat adalah : saya nggak bisa mandi di penginapan, karena harus berendam di air yang puuanas banget.
Saya belum pernah ke Kampung Sampireun, kelihatannya menarik. Apakah yang terlihat di foto Bung Hari itu adalah Danau ?
Memang nilai kenikmatan agak susah diukur dengan uang, tapi kantong saya juga merasa 1.5-3.0 juta per cottage dengan jarak yang cukup jauh dari Jakarta.
Apakah karena beriklan di Trans TV ?
sebelomnya, happy wedding anniversary ya, mz.. 🙂
trus, setelahnya..
banyak g mz foto2 kampung sampireun-nya? kayaknya t4-nya keren y? boleh g share foto n cerita arsitekturalnya ke presty?
*aseli, pengen bgt… 😦 *
Terimakasih.
Lumayan banyak, tetapi foto-foto arsitekturnya malah gk saya foto tuh … 😀
Lebih baik, kesana aja dech, bagus koq.
terima kasih.bisa nambah wawasan saya,kebetulan saya mau desain tugas akhir saya,dengan judul resort terapung.tapi penerapannya di pantai.dengan mengambil sedikit konsep dan inspirasi dari gambar di atas.lebih romantis suasananya.